Asa Pak Lurah Mencetak Generasi Berkarakter

Generasi Berkarakter
Kepala Kelurahan Libuo Kecamatan Paguat sekaligus Ketua Majelis Pendidikan Madinatul Ilmi Paguat,Abdul Muthalib Karim dalam sebuah acara Yayasan.(Foto : Istimewa)

Pojok6.id () – Saya terbiasa memanggilnya Ustaz Otan. Nama lengkapnya adalah Abdul Muthalib Karim. Dia pendiri dan ketua Majelis Madinatul Ilmu (MDI) Kecamatan Paguat, sekaligus kepala Kelurahan Libuo Kecamatan Paguat, Kabupaten Pohuwato.

Sebenarnya saya sering jalan ke wilayah kelurahan Libuo, hampir setiap akhir pekan. Namun tidak ke kantor Kelurahan, tapi di wisata pantai Libuo. Wisata pantainya ramai diakhir pekan. Ditambah, karcis masuknya masih sangat murah. Paling bagus menginap untuk menikmati mentari di pagi hari.

Pada suatu pagi, di hari kerja sekitar pukul 6.45 Wita. Saya datang ke itu untuk hunting foto. Mengambil foto suasana sekolah. Saya baru tahu, pimpinan Yayasan itu selalu menyempatkan waktu pimpin apel guru di Sekolah Madinatul Ilmi (MDI) di Desa Sipayo. Hampir setiap hari, setiap pagi, sebelum dirinya pimpin apel pagi untuk ASN stafnya di kelurahan.

Read More

Tampak yayasan itu berkembang pesat. Kawasan sekolah Madinatul Ilmi berada di Jalan Baru, Desa Sipayo Kecamatan Paguat. Ada bangunan masjid yang cukup besar berdiri di tengah-tengah bangunan sekolah yang memanjang kebelakang. Ada dua pintu gerbang yang menyambut para orang tua siswa di lokasi itu.

Saat kita masuk kawasan itu, pada bagian kiri dekat pagar terluar, ada gedung TK dengan pagar keliling. Gedung itu sengaja dipagari lagi untuk menjaga bermain anak agar lebih aman. Dilengkapi wahana bermain. Bangunan itu tersambung berjejer dengan ruang kelas belajar anak SD. Sebelah kanan nampak berjejer bangunan kelasbelajar lainnya. Bangunan-bangunan itu berdiri di lahan sekitar kurang lebih 1 hektare.

Gajebo melengkapi sarana tempat belajar sekolah itu. Untuk mengurangi kepenatan dalam kelas, sesekali anak-anak akan belajar di luar ruangan. Jika berada dalam kelas, anak-anak dan guru akan melepas sepatunya di luar ruangan. Ruang kelas belajarnya rapi tertata, lengkap dengan alat pelindung diri (APD) untuk cegah penyebaran covid.

Ruangan kantor yayasan itu berada di samping masjid. Sarana dan prasarana sekolah itu tampak memadai. Masjidnya dilengkapi tempat berwudhuk. Ada sabun pencuci tangan disediakan agar anak-anak selalu bersih. Yayasan itu juga menyediakan 1 unit kendaraan motor operasional.

Pada suatu waktu. Tepatnya, Kamis 17 Maret 2022. Saya berkesempatan bersilaturahmi dengan pendiri yayasan MDI Paguat itu. Di ruang kerjanya saya disambut. Beberapa piagam penghargaan berjejer menghiasi dinding. Berbagai hal dibicarakan termasuk topik yayasan sekolah yang dipimpinnya itu.

“Ini adalah proyek besar, membutuhkan kapasitas banyak orang untuk berpikir.” Katanya. Saat ditanya, apa misi besar Madinatul Ilmi untuk generasi penerus Pohuwato. Ia menyampaikan tekadnya yang bulat untuk memajukan dunia pendidikan.

Awal mula membangun MDI tercetus pada akhir tahun 2012, menjadi awal mula perjuangan membangun yayasan. Berangkat dari kegelisahan, sejumlah tokoh pun ditemuinya untuk meminta pendapat dan dukungan. “Kalau memang betul-betul silahkan buat.” Katanya, mengutip kalimat kepala kantor kementerian Agama Pohuwato Fahri DjafarDjafar saat itu.

“Kita datang dari kegelisahan. Ini sesuatu hal yang fitrah yang lahir pada pikiran saya, pengamatan saya. Saya merasa gelisah dengan model Pendidikan saat ini,” Katanya menceritakan awal mula berdirinya MDI di Kabupaten Pohuwato.

“Tidak ada yang mustahil kalau kita bersungguh-sungguh.” Katanya lagi. Awal tahun 2013, bangunan sekolah TK berhasil dibangun. Bangunan papan beratapkan rumbia, berukuran sekitar 9 x 6 meter jadi sejarah awal berdirinya Majelis Pendidikan MDI Paguat.

1 dekade berlalu. Sekolah itu telah berkembang, memiliki bangunan saran dan prasarana: TK, SD dan SMP lengkap dengan pagar beton keliling.

Jumlah pelajar SD sudah mencapai 125 siswa, 38 anak TK, dan 10 siswa SMP angkatan pertama. MDI jadi salah satu sekolah yang diperhitungkan, meskipun disana cukup banyak sekolah negeri maupun swasta. Ada sekitar 40-an di sekitaran kecamatan Paguat. MDI memberikan karakter dan ciri khas berbeda.

Kelanjutan pembangunan bangunan ruang kelas belajar itu masih terus dilakukan. Dengan anggaran hibah 50 juta dari Pemerintah Daerah yang ditambah donatur. Di belakang bangunan masjid, gedung SMP itu akan dibangun. “Kita sementara membangun gedung 2 lantai untuk SMP. Kita ingin membuat sekolah yang disebut sekolah Islam modern.” Katanya. Bangunan itu diharapkan akan rampung pada tahun ini. Sementara ini kata dia, siswa SMP memanfaatkan masjid untuk tempat belajar mengajar.

Kemajuan itu semakin terasa. Dimana SD MDI menjadi salah satu Sekolah Dasar (SD) penggerak di kabupaten Pohuwato. Sekolah itu akan jadi percontohan bagi sekolah lain. Setingkat SD, MDI telah memiliki agenda rutin tahunan: Manasik Haji, Outbound, studi banding siswa dan guru, didalam dan diluar daerah kabupaten Pohuwato.

“Sekolah penggerak di Pohuwato tahun 2022 ada 13. Untuk SD ada 6 yaitu SDN 02 Paguat, SDN 09 Paguat, SDN 01 Marisa, SDN 03 Taluditi, SDN 06 Lemito dan SD Madinatul Ilmi Paguat.” Kata Kepala Seksi Kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten Pohuwato Selfis Umar.

Misi dan Kegiatan Sosial

Abdul Muthalib mengatakan, yayasan MDI tidak hanya sekedar untuk tempat belajar siswa. Tidak sekedar membangun sekolah, mendatangkan siswa dan membangun prasarana. Ada aksi nyata yang dilakukan agar bermanfaat untuk sekitar.

Hampir setiap tahun dalam setiap bulan Ramadan. Sejak berdirinya yayasan MDI, yayasan itu selalu menghadirkan kegiatan sosial MDI berbagi. Paket-paket sembako itu disediakan untuk kaum duafa di kecamatan Paguat.

Disamping itu, dalam setiap perayaan Hari Raya Idul Adha. Yayasan MDI akan menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban. Abdul Muthalib mengatakan bahwa, ini bagian dari menumbuhkan karakter siswa untuk peduli terhadap sesama.

MDI menjadi bagian penggerak pendidikan di Pohuwato, berkarakter dan berjiwa sosial. Di akhir wawancara, Abdul Muthalib menyampaikan tiga kunci yang mendasari perkembangan yayasan MDI: Guru yang memiliki visi, orang tua yang peduli, dan lingkungan.

“Kecamatan Paguat itu baiknya menjadi kota Pendidikan,” Katanya. Abdul Muthalib berharap kecamatan Paguat mejadi sebuah kota Pendidikan di Pohuwato. Dari jumlah sekolahnya, maka Paguat memiliki jumlah sekolah lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan Marisa yang hanya memiliki 34 sekolah: 9 TK, 10 KB, 11 SD dan 4 SMP.

Alasannya karena di wilayah itu memiliki sejarah panjang lahirnya tokoh-tokoh besar: Ulama hingga pengusaha. Salah satu pengusaha itu ialah Ir Ciputra. Ciputra kecil pernah tinggal di Paguat, di Desa Bumbulan. Hal itu seperti dikutip dari biografi Ir Ciputra dari berbagai sumber terpercaya. (Nal)

Related posts