POHUWATO – Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) di Pohuwato terus didorong untuk direalisasikan pemerintah. Dengan begitu penggunaan alat berat excavator di lokasi pertambangan emas akan benar benar ditertibkan. Bahkan bahan kimia jenis merkuri yang biasa digunakan untuk mengekstrak emas dapat dikendalikan penggunaannya.
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI) Pohuwato, Limonu Hippy mengatakan keberadaan WPR diharapkan dapat meminimalisir kerusakan lingkungan akibat aktivitas penambangan emas ilegal yang menjadi salah satu penyebab bencana alam.
“Ketika WPR terwujud inilah yang kita lakukan. tidak menggunakan merkuri, tidak menggunakan alat berat, tidak menggunakan sianida,” Jelasnya.
Ia mengakui, selama ini penggunaan merkuri marak digunakan dan menjadi kebiasaan bagi penambang emas di Pohuwato. Sama halnya dengan alat berat excavator yang banyak dijumpai di lokasi pertambangan emas. Namun saat ini diketahui, penggunaan alat berat excavator di lokasi tambang telah ditertibkan oleh pemerintah daerah.
“Yang orang tahu itu perak.Apakah jenisnya merkuri itu penambang tidak tahu dan itu bisa nangkap emas.Tidak dipungkiri memang ada (merkuri). tidak berarti kita serta merta menyalahkan penambang.Yang jadi persoalan seolah olah penambang ini perusak tapi dari sektor ekonomi perlu diperhitungkan perlu dikembangkan.Bagaimana penambangan bisa mendapatkan penghasilan dari hasil tambang tapi mereka konsisten dengan pengendalian lingkungan,” jelas Limonu
Ia meyakinkan, Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI) berkomitmen untuk mengajak penambang Pohuwato untuk memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini dinilai tetap mengedepankan pemenuhan kebutuhan keluarga dan bertanggung jawab atas lingkungan.
“Selama ini sudah cukup lama proses tambang di Pohuwato, tapi langkah langkah untuk sadar lingkungan itu belum pernah ada. sehingganya APRI tidak sekedar membadani penambang untuk menambang tapi mereka harus bertanggung jawab terhadap pengendalian lingkungan,”Imbuhnya.(Nal)